Senin, 13 Mei 2013

Menuju Smart Campus



Malam semakin larut. Diskusi para pakar ICT yang menjadi komite juri dan tim juri TeSCA di lantai 15 Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, 27 Februari 2013, semakin seru. Di tangan mereka, telah terkumpul 551 nama perguruan tinggi yang mendaftarkan diri sebagai pengguna ICT di lingkungan kampusnya. Dari ratusan nama itu, akan dipilih 100 dan 500 perguruan tinggi dengan pemanfaatan ICT terbaik di Indonesia.

Menurut Prof Dr Richardus Eko Indrajit, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Informatika dan Ilmu Komputer (Aptikom), yang menjadi komite juri TeSCA, ada 10 dimensi penilaian yang diterapkan, yaitu suprastruktur kampus, infrastruktur teknologi, kesiapan orang-orang di sekitar kampus, ragam pemanfaatan dan aplikasi, keterkaitan dengan strategi pendidikan nasional, kontribusi terhadap masyarakat sekitar, dampak dan manfaat penerapan teknologi, implementasi IT ramah lingkungan, pemanfaatan untuk menambah inovasi dan kreasi, serta kemampuan membentuk tren. “Intinya, sebuah kampus bisa dikatakan smart jika bisa melayani kebutuhan seluruh pemangku kepentingan sebelum diminta,” katanya.

Selain Richardus Eko, komite juri lainnya adalah Prof Zainal A Hasibuan, Ph.D, Wakil Ketua Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Detiknas), dan Prof Ir Nizam, M.Sc, Ph.D, Sekretaris Dewan Pendidikan Tinggi, Kemdikbud. Sementara tim juri terdiri dari perwakilan dari perusahaan dan asosiasi di bidang ICT.

Menurut Nizam, tahun ini partisipasi perguruan tinggi dan dukungan masyarakat terhadap program ini melonjak. Tahun sebelumnya hanya terdaftar 355 perguruan tinggi. Hasil penilaian sementara sangat beragam. Dari sisi infrastruktur ICT, banyak perguruan tinggi yang sudah lumayan baik, tetapi dari sisi pemanfaatan, tata kelola, berbagi bahan ajar, masih banyak yang perlu ditingkatkan.

Sementara itu, Zainal menambahkan bahwa di abad ke-21 ini, ICT dibutuhkan dunia pendidikan untuk mengakomodasi proses belajar-mengajar agar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. “Pemeringkatan ini sangat penting untuk mengetahui potret asli kondisi kesiapan perguruan tinggi di Indonesia dalam menghadapi pendidikan abad ke-21,” katanya.

TeSCA merupakan program pengukuran indeks, pemeringkatan, sekaligus pemetaan perguruan tinggi di Indonesia yang telah mengembangkan dan mengimplementasikan ICT dalam kegiatan pendidikan. Program ini merupakan bagian dari program besar Indonesia Digital Network (IDN) untuk membangun digital broadband se- Indonesia.

Menurut Yusron Hariyadi, Group Head Enterprise Marketing Telkom, TeSCA merupakan wujud komitmen Telkom terhadap dunia pendidikan Indonesia. “Tujuan program ini adalah membuat kampus bisa memiliki peran lebih besar di masyarakat dengan memanfaatkan ICT. Dengan TeSCA, diharapkan ICT bisa dimanfaatkan maksimal untuk proses belajar- mengajar di kampus,” kata Yusron.

Bagi perguruan tinggi, pengukuran pemanfaatan ICT di lingkungan kampus melalui program TeSCA sejalan dengan methodology 3C, dimana kampus dapat melakukan calibration (tolok ukur pencapaian ICT sehingga dapat menentukan target selanjutnya), confidence (kepercayaan diri kampus untuk menjadi referensi kampus lainnya), dan credibility (meningkatkan pengakuan terhadap kredibilitas kampus).